Sabtu, 14 April 2012

Masatoshi nakayama

Masatoshi Nakayama
Bicara tentang pandangannya
tentang karate, Nakayama
mempunyai konsep yang lebih
luas. Jika sebagian orang
menyatakan manfaat karate
adalah untuk meningkatkan
kondisi fisik, maka Nakayama
menjabarkannya dengan lebih
luas. Menurut Nakayama
karate adalah sebuah latihan
fisik yang menggerakkan
seluruh anggota tubuh ke
segala arah baik berurutan
dan bersamaan.
Dengan didukung tekad yang
kuat, hanya berbekal tangan
kosong saja seseorang mampu
melancarkan teknik yang
terkontrol baik ke sasaran.
Dengan demikian teknik
karate yang dilakukan dengan
benar seharusnya efektif
meski menghadapi lawan
seperti apapun. Meski
Nakayama membenarkan
fungsi karate sebagai bela
diri, ditegaskan olehnya
bahwa tujuan karate sejak
dulu hingga kini masih sama.
Hal itu adalah sebagai dasar
yang kuat untuk
mengembangkan setiap
individu baik secara emosi,
fisik dan spiritual.
Dalam beberapa tulisan dan
wawancara dengannya,
Nakayama menegaskan bahwa
karate lebih dari sekedar
menang atau kalah. Karate
adalah “alat” untuk mengatasi
tantangan tidak hanya dalam
berlatih, namun juga dalam
hidup ini. Keyakinan ini masih
berhubungan dengan konsep
“do” (jalan, arah) yang
pernah diutarakan Funakoshi.
Bagi Nakayama konsep “do”
menjadikan seni karate
digunakan sebagai cara untuk
mencapai kebajikan dan
kesempurnaan karakter.
Dimana untuk mencapainya
butuh proses sepanjang hidup
karena di dunia ini tiada
seorangpun yang sempurna.
Diutarakan olehnya:
”Kemajuan seseorang dalam
seni karate-do mirip dengan
menaiki sebuah tangga atau
melangkah di jalan yang
curam. Seiring tubuh dan
pikiran yang tumbuh
bersamaan, seseorang akan
terus melangkah ke depan
dan naik, satu langkah dalam
satu waktu.”
Barangkali sudah bukan
rahasia lagi jika Nakayama
dituding sebagai tokoh yang
bertanggung jawab atas
munculnya kompetisi karate
(sport karate). Akibat
tindakan itu banyak orang
memujinya meski tidak sedikit
pula yang mencelanya. Mereka
yang memuji umumnya berasal
dari generasi baru karate
Jepang yaitu pasca Perang
Dunia II. Saat itu banyak anak
muda Jepang yang ingin
melihat karate dapat
dipertandingkan seperti
baseball atau basket. Mereka
berharap kompetisi karate
dapat menjadi semacam obat
bagi Jepang yang telah kalah
perang. Selain itu anak muda
Jepang juga ingin melanjutkan
kumite yang sempat
diperkenalkan sebelumnya.
Nakayama melihat hal itu
sebagai kesempatan untuk
mempopulerkan karate yang
sempat terhenti akibat krisis
perang. Dengan melakukan
berbagai riset, Nakayama
mulai membandingkan karate
dengan peraturan cabang
olah raga lain. Dengan latar
belakangnya sebagai profesor
bidang olah raga, Nakayama
tidak menemui kesulitan yang
berarti. Hasilnya adalah
turnamen karate JKA pertama
yang digelar tahun 1957 di
Tokyo. Acara itu sukses besar
hingga publik Jepang rela
berdesakan di dalam gedung
menyaksikan momen yang
diakui bersejarah sekaligus
revolusioner. Begitu hebohnya
hingga negara barat juga
kagum dengan keberhasilan
Jepang menggelar acara
semegah itu. Peristiwa itu
seakan menghapus memori
buruk akibat serangan bom
atom yang masih menyisakan
trauma hingga kini.
Namun ternyata tidak semua
pihak turut gembira dengan
kesuksesan Nakayama dan
JKA. Dibelakang gemerlap
kompetisi karate yang
pertama itu terbersit
penyesalan dan kekecewaan
dari murid-murid senior
Funakoshi. Mereka seakan
tidak percaya JKA berani
melanggar larangan Funakoshi
dengan terang-terangan.
Bahkan tidak sedikit yang
kemudian menganggap
Nakayama dan JKA telah
mengkhianati cita-cita
Funakoshi. Namun mereka
yang kecewa dengan hal itu
memilih untuk tidak
mengumbar konfrontasi
terbuka. Mereka lebih memilih
menyatukan mengumpulkan
rekan-rekannya yang masih
mempunyai tujuan sejalan
dengan prinsip Funakoshi.
Dengan tegas mereka
menyatakan menarik diri dari
segala turnamen,
komersialisasi karate dan
berharap para antusias
karate di dunia akan
mengetahui perbedaan antar
dua kelompok itu.
Gichin Funakoshi & Masatoshi
Nakayama
Meskipun banyak yang
menuduhnya sebagai otak
dibalik munculnya kompetisi
karate, Nakayama tampaknya
sangat berhati-hati
menanggapi masalah ini.
Nakayama sadar bahwa esensi
karate yang berubah akibat
kompetisi adalah pertanyaan
yang sangat sensitif dan sulit
dijawab. Sehingga hingga kini
memang sulit dibuktikan apa
tujuan sebenarnya Nakayama
menggelar acara itu. Murid-
murid Nakayama yang paling
awal seperti Hirokazu
Kanazawa (SKIF), Keigo Abe
(JSKA) dan Tetsuhiko Asai
(JKS) bahkan tidak
mengetahui motif Nakayama.
Orang terdekat Nakayama
yaitu Teruyuki Okazaki (ISKF)
yang membantunya meriset
peraturan kompetisi juga
tidak mampu berkomentar
banyak. Satu-satunya
argumentasi Nakayama
berkaitan dengan hal ini
adalah, dirinya menambahkan
peraturan olah raga dalam
karate untuk menghindari
resiko cedera akibat teknik
yang tidak terkontrol. Hal itu
dilakukan setelah Nakayama
mengamati kumite yang
terjadi tahun 1930-an.
Harus diakui pernyataan itu
tidaklah cukup menjawab
alasan sebenarnya Nakayama
berani menggelar kompetisi
karate. Akibatnya munculah
pernyataan yang serba
spekulatif dari publik karate
dunia. Misalnya kompetisi
sebenarnya tidak lebih dari
upaya Nakayama untuk
mempopulerkan karate JKA
keluar negeri. Seperti telah
diketahui bahwa orang barat
sulit menerima karate karena
filosofinya yang rumit dan
dinilai tidak masuk akal. Gegap
gempita kompetisi karate
seakan telah melupakan
pandangan orang barat
tentang filosofi karate. Bagi
mereka karate mirip dengan
olah raga seperti basket yang
berusaha mencuri poin
sebanyak mungkin. Sehingga
jika melihat cabang JKA yang
kini tersebar di luar negeri,
tidak heran banyak yang
mengidolakan sosok Nakayama.
Nakayama percaya bahwa
dirinya tidak pernah ingin
atau telah melanggar prinsip
Funakoshi meski menyebarkan
semangat karate dengan jalan
yang berbeda. Keyakinannya
senada dengan yang pernah
diungkapkan Funakoshi bahwa
karate sebenarnya seni bela
diri yang tidak pernah selesai.
Artinya, di masa depan karate
akan terus berkembang dan
berubah karena dipengaruhi
oleh banyak orang dan
banyak hal.
"Saat aku mati kelak, aku
berharap master Funakoshi
tidak akan memarahiku
karena memperkenalkan
karate sebagai kompetisi olah
raga (sport karate). Namun
kukira dia tidak akan terlalu
kecewa. Dia ingin aku
menyebarkan karate-do ke
penjuru dunia, dan kompetisi
karate telah berhasil
mewujudkannya." - Masatoshi
Nakayama -.
(Fokushotokan.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar